Senin, 04 Juli 2011

Gerimis Dan Wajah Manis Mu...

Seuntai angin di rambut mayangmu, jatuh terurai, tatapanmu menyelinap geulis di antara garisgaris rambutmu, bak sinar matahari di celah gerimis, sebuah teralis yang akan menahanku berlamalama memandangmu, sebab biasanya akan muncul pelangi menuruni pematang di hatimu, rindang dedaunan menyembunyikan reranting sunyi yang diamdiam ditumbuhi anggrek ungu, makanya aku suka sekali memandangmu.
Gerimis membimbingku ke dekap tubuhmu. Aku tatap kamu. Wajahmu lalu manis sekali, tak ada perempuan semanis kamu, sungguh. Entah sketsa apa yang kutulis, rasanya aku cuma melukis gerimis yang menetes di alis matamu. Dan aku, hanyalah seorang kekasih yang jatuh di kelopak matamu, lalu ketika kaukerjapkan mata, aku terbatabata dalam serangkaian kata cinta, makanya aku suka sekali memandangmu.
Wajah manis, tahukah rasanya menjadi tebu. Mengapa gerimis memilih jadi tetes tebu, penuh kenangan manis di setiap celahnya. Di kehijauan lembah, di antara pagi dan senja, di antara pertemuan yang tak terbilang jumlah. Karena itukah pelangi turut hadir pada senyummu yang indah. Kau hanya menjawab dengan tatapan manis, mata gerimis, makanya aku suka sekali memandangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar