Senin, 04 Juli 2011

Desember,............

Awal bulan Desember
berduyun awan mengangkut kuntum hujan
sesekali menyemai gerimis di padang jiwaku, sesekali menabuh gemuruh
angin berhembus seperti kenangan, menggetarkan bulu roma
di antara guguran flamboyan yang masih merah
kupungut untukmu satu kembang. Senyummu
mengembang sumringah:
Bunga ini masih segar dalam ingatan
ketika kausematkan di rambutku.
Kamu membuatku selalu kagum: pemandangan indah ataukah lukisan
tatapanmu laksana hujan, luruh ke dalam kalbu
bayangmu berkilatan dalam pikiran, dan tetes airmatamu
sempurna membasahi kaca jendela. Di situ kulukis kamu
bidadari yang memandangku dengan mata gerimis.
Sejak itu setiap tetes gerimis berubah menjadi bunga
yang bermekaran di pinggir bibirmu, di sudut matamu
di telapak tangan, di dalam dada, di setiap gairah, di setiap desah
di setiap jejak langkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar